STIKES DIAH HUSADA MOJOKERTO

STIKES DIAH HUSADA MOJOKERTO

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT
    I.        KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
A.    KOMPARTEMEN CAIRAN
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton & Hall, 1997)
1.      Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
q Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
2.      Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
q Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi menjadi :
a)      Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
b)      Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
- pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
- transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
- pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
- transpor hormon ke tempat aksinya
- sirkulasi panas tubuh
3.      Cairan Transelular (CTS) :
q Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :komposisi-cairan


PROSENTASE TOTAL CAIRAN TUBUH DIBANDINGKAN BERAT BADAN
komposisi-cairan11





DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH
distribusi-cairan1
§ Keterangan : Untuk laki-laki, BB = 70 Kg
§ Catatan : Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler. Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura, intraokuler, dll.
q NILAI RATA-RATA CAIRAN EKSTRASELULER (CES) DAN CAIRAN INTRASELULER (CIS) PADA DEWASA NORMAL TERHADAP BB
cairan-tubuh
Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill, 1987, p.9.

B.     FUNGSI CAIRAN TUBUH
1.      Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2.      Mengeluarkan buangan-buangan sel
3.      Mmbentu dalam metabolisme sel
4.      Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5.      Membantu memelihara suhu tubuh
6.      Membantu pencernaan
7.      Mempemudah eliminasi
8.      Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)
C.     KOMPOSISI CAIRAN TUBUH
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
2. Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.
(a) Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter
 ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.
mol/LŒ ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter  mEq/LŒ
q Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
q Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama (lihat Tabel. 1-2), nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma.
(b) Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
Tabel. 1.2 Unsur utama kompartemen cairan tubuh
unsur-caiaran
§ Ini adalah daftar parsial. Unsur lain termasuk ion kalsium Ca 2+, magnesium Mg2+, protein dan asam organik.
Catatan : Nilai tertentu adalah rata-rata.
Pendapat ahli lain tentang unsur utama kompartemen cairan tubuh disebutkan sebagai berikut :
unsur-caiaran1
Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996, p.518




KANDUNGAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH
komposisi-cairan2
q INTAKE DAN OUTPUT RATA-RATA HARIAN DARI UNSUR TUBUH YANG UTAMA
intake-cairan
Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible Loss (IWL)
Bila ingin mengetahui “Insensible Loss (IWL)” maka kita dapat menggunakan penghitungan sebagai berikut :
Ø DEWASA = 15 cc/kg BB/hari
Ø ANAK = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari
Ø Jika ada kenaikan suhu :
IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)
(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)
JUMLAH KEHILANGAN AIR DAN ELEKTROLIT per 100 kcal BAHAN METABOLIK DALAM KEADAAN NORMAL MAUPUN SAKIT
water-loss
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
faktor-usia
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
II.            KESEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT
1.      Disosiasi Garam dalam Air.
Bila garam larut dalam air, contohnya garam NaCl, akan tterjadi disosiasi sehingga terbentuk ion-ion bermuatan positif (kation) & negatip (anion). Ion mengandung muatan listrik & dinamakan elektrolit. Dalam larutan elektrolit, ada keseimbangan antara konsentrasi anion & kation. Tabel di bawah ini menunjukkan keberadaan elektrolit di luar & di dalam sel tubuh.
KEBERADAAN ELEKTROLIT TUBUH
Elektrolit
Konsentrasi di luar sel (meq/l)
Konsentrasi di dalam sel (meq/l)
Kation
Natrium
Kalium
Kalsium
Magnesium
142
5
5
3
155
10
150
2
40
202
Anion
Klorida
Bikarbonas
Fosfat
Sulfat
Asam organik
protein
103
27
2
1
6
16
155
2
10
103
20
10
57
202
2.      Daya Tarik Elektrolit terhadap Air.
Tubuh memakai elektrolit guna mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh memilih elektrolit guna ditempatkan di luar (terutama natrium & klorida) & di dalam sel (terutama kalium, magnesium, fosfat, & sulfat).
Molekul air, karena bersifat polar, elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya tidak banyak bermuatan negative, sedangkan hidrogennya tidak banyak bermuatan positif. Oleh sebab itu, dalam larutan elektrolit, baik ion positif maupun ion negative molekul air disekitarnya.
3.      Air Mengikuti Elektrolit.
Air akan bergerak kea rah larutan elektrolit Yangg berkonsentrasi Lebihh tinggi. Hal ini dilakukan melalui membran sel semipermeabel antara lain Yangg bersifat permeabel guna air permeabel guna elektrolit. Kekuatan Yangg mendorong air guna bergerak ini dinamakan tekanan osmosis.
4.      Pengaturan Keseimbangan Cairan & Elektrolit oleh Protein.
Membran sel mengandung alat transpor berupa protein Yangg mengatur penyebrangan ion positif & bahan lain melalui membran sel tersebutt. Ion negative akan mengikuti ion positif & air akan mengalir ke arah cairan Yangg Lebihh tinggi konsentrasinya. Salah sample alat transpor ini ialah pompa natrium-kalium, enzim Yangg memompa natrium keluar Lebihh dari pada difusi biasa. Pada Yangg sama, kalium akan dipompa ke dalam sel. Pompa ini secara aktif mempertukarkan natrium bersama kalium melalui membrane sel, bersama demikian mempertahankan konsentrasi masing-masing elektrolit. Pompa ini memakai ATP sebagai sumber energi & enzim natrium-kalium ATP-ase melepas energi dari ATP.
5.      Pemeliharaan Keseimbangan Cairan Tubuh & Elektrolit.
Jumlah berbagai garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam konstan. apabila tterjadi kehilangan garam dari tubuh, maka diganti dari sumber di luar tubuh, antara lain dari makanan & minuman. Tubuh mempunyai mekanisme Yangg mengatur supaya konsentrasi mineral berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama dilakukan oleh saluran cerna & ginjal.
Bagian attas saluran cerna, antara lain lambung & usus halus, secara terus menerus mineral melalui getah pencernaan & cairan empedu. Mineral ini kemudian diserap kembalii kebagaian bawah saluran cerna, antara lain di kolon/usus besar. Melalui mekanisme ini sebanyak 8 liter cairan mengalami daur ulang, Yangg cukup berarti guna pemeliharaan keseimbangan elektrolit.
Hormone ADH menentukan total air Yangg dikeluarkan ginjal & total Yangg diserap kembali. guna mengatur keseimbangan elektrolit, ginjal memanfaatkan kelenjar adrenal melalui hormon aldosteron. apabila kadar natrium tubuh menjadi rendah, aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dari tubula ginjal. apabila tterjadi reabsorpsi, kalium akan dikeluarkan dari tubuh bersama peraturan bahwa total ion positif di dalam tubuh ttetap sama. Kemampuan ginjal mengatur kandungan natrium tubuh luar biasa. Makanan biasanya mengandung Lebihh banyak natrium dari pada Yangg tubuh. Natrium gampang diabsorpsi oleh saluran cerna ke dalam darah. Ginjal akan mengeluarkan kelebihan natrium ini & menjaga konsentrasinya dalam darah pada normal.
Rasa haus juga membantu kadar natrium di dalam darah. apabila kadar natrium tinggi, reseptor di dalam otak menarik seseorang guna minum hingga tercapai rasio normal natrium terhadap air. Kemudian ginjal akan mengeluarkan kelebihan air & kelebihan natrium secara bersamaan.
                         I.            KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT
Secara normal, tubuh bisa mempertahankan diri dari ketidakseimbangan cairan & elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh bisa mengatasinya. Ini tterjadi apabila kehilangan tterjadi dalam total banyak sekaligus, seperti pada muntah-muntah, diare, berkeringat luar biasa, terbakar, luka/pendarahan, & sebagainya. Dalam ini elektrolit Yangg Perrtama Yangg ialah natrium & klorida, karena keduanya merupakan elektrolit ekstraselular dalam tubuh. Biasanya perlu segera diberikan cairan elektrolit. Cairan elektrolit Yangg ter sederhana & dikenal masyarakat ialah oralit / larutan gula garam (LGG). apabila tterjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit perlu segera dilakukan medis khusus.
Olahraga endurance Yangg berlangsung lama di Yangg panas bisa menyebabkan gangguan keseimbangan air & elektrolit. Keseimbangan air & elektrolit begitu utama pada atlet cabang olahraga endurance. Oleh karena akan mengganggu produksi energi & pengaturan suhu tubuh. Cairan begitu utama guna mengalirkan zat gizi & oksigen ke dalam otot skelet guna tujuan berkontraksi.
Hasil penelitian menunjukkan, lari marathon mengeluarkan keringat sebanyak satu liter per jam. Sedangkan lari marathon dalam cuaca panas & kelembaban tinggi bisa kehilangan keringat sebanyak 2,8 liter per jam. Pelari ultramaraton sejauh 50 mil Yangg ditempuh sellama Lebihh dari 8 jam, selain kehilangan air Yangg banyak juga kehilangan elektrolit.
Penggantian cairan pada atlet endurance andai minum air tawar bisa menyebabkan hiponatremi. Oleh karena dalam tubuh total air & sodium seimbang. guna itu, pemberian cairan mengandung karbohidrat & elektrolit. Hal ini dimaksudkan selain guna mencegah terjadinya hiponatremi, juga guna mencegah hipoglikemik.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa cairan Yangg mengandung karbohidrat 5-10% mengganggu atlet. Sedangkan pemberian karbohidrat melebihi 10 % bisa menimbulkan peningkatan gula darah Yangg akan menarik produksi hormon insulin. Peningkatan hormon insulin bisa menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
Sedangkan minuman atlet (sports drinks) Yangg mengandung suplemen sodium & potasium Yangg berlebihan akan mengganggu kontraksi otot antara lain akan tterjadi “cramp” otot. Selain itu intake sodium Yangg berlebihan mempunyai risiko tinggi terjadinya hipertensi pada atlet.
Spors drinks umumnya mengandung karbohidrat 5-7%. Konsentrasi karbohidrat dalam cairan ini secara ilmiah mengganggu pengosongan lambung. Sedangkan, sodium biasanya 10-20 mmol/L & dapat membantu keseimbangan elektrolit dalam tubuh.

                      II.            Proporsi cairan tubuh
BBL : 80 % bb
Anak : 70 % bb
Dewasa : 60 % bb
Usila : 40 –45 % bb
Distribusi cairan tubuh
Intra sel : 40 %
Extracell : interstitial 15% bb plasma (intra vaskuler) 5 %bb
Darah menyimpan panas 36 0 c
Fungsi cairan tubuh :
Pembentuk struktur tubuh
Sarana transportasi
Metabolisme sel
Pelarut elektrolit dan non elektrolit
Memeliharra suhu tubuh
Keseimbangan intake – output
Intake :
Ingestion
Jumlah tergantung dari usia,bb
Oxidasi sel kurang lebih 10 ml/100 ml yang dibakar
Output :
Iwl tergantung dari usia, bb dipengaruhi oleh :
Suhu tubuh
Kerja fisik
Kondisi atm
Urine :
1 – 2 ml/kgbb/jam atau pada orang dewasa kurang lebih 1000 – 1500 ml




Komposisi cairan :
1.Air : Fungsi pelarut, reaksi kimia, metabolisme. Regulator : ADH, aldosteron
2.Elektrolit :
Natrium : Lebih banyak di extrasell, fungsi untuk mempertahankan isotonisitas cairan extrasell.
Natrium dan kalium : memberikan lingkungan kimia listrik yang penting untuk kontraksi otot dan transmisi impuls saraf. Regulator : aldosteron
Chlorida (cl) :
Berperan sebagai electron netral diluar intracell
pada cairan lambung dan keringat
Fungsi mengatur keseimbangan asam basa
Regulator : faktor yang mempengaruhi konsentrasi plasma
Kalium dan Phospor (ca & p ) :
Kalium : pada tulang Untuk pembekuan darah, metabolisme tulang, kontraksi otot dan transmisi impuls saraf & Menentukan permeabilitas membran sel
Phospor : berperan dalam pembekuan tulang, komponen ATP, sebagai buffer dalam mempertahankan keseimbangan asam basa intrasell.
3. Non elektrolit
Glikosa dan fruktosa
Ureum kreatinin
Protein

Ketidakseimbangan cairan :
Hypervolemia ( peningkatan volume cairan )
Terjadi oleh karena :
Peningkatan intake ;infus , psychotic drinking episode
Penurunan output ; renal failure, chd, ketidakseimbangan endokrin, penggunaan obat-obat steroid.
Tanda dan gejala :
a)Peningkatan plasma :
Dilusi protein bermol besar, RBC, penurunan konsentrasi protein plasma, penurunan HCT.
Peningkatan tekanan darah, distensi vena jugularis, overload sirkulasi.
Peningkatan cairan interstitial ,edema, peningkatan bb, peningkatan turgor kulit, bengkak pada kelopak mata.
b)Edema paru :
Batuk-batuk dg dahak berbusa, bercak darah
Dyspnea
c)Asites : dyspnea
Hypovolemia (penurunan volume cairan)
Terjadi oleh karena :
Peningkatan output : perspitasi, drainage pada luka bakar, abses, diare, muntah-muntah, gastric, suction.
Hemorrhagic
Diabetes insipidus
Penurunan intake ,ketidakseimbangan elektrolit
Tanda dan gejala :
a)Penurunan plasma :
peningkatan konsentrasi plasma protein, peningkatan hct (kecepatan pada hemorrhagic); penurunan tekanan darah
penurunan cardiac output
diuresis menurun dan kolaps pembuluh darah superficial
kulit dingin dan berkeringat.
b)Penurunan cairan interstitial
penurunan turgor kulit,
mukosa membran kering,
mata cekung,
penurunan berat badan,
peningkatan temperatur.
Ketidakseimbangan isotonis, perubahan volume cairan extracell yang disertai dengan perubahan elektrolit secara proporsional isotonic dengan cairan intracell (Tidak terjadi sel edema / keriput)
Penyebab :
Peningkatan infus nacl 0,9 %, hypersekresi aldosteron
peningkatan volume cairan keseimbangan
peningkatan dengan jumlah natrium
Penurunan kehilangan cairan yg mengandung natrium secara proporsional
Perdarahan; respirasi drainage luka
Ketidakseimbangan Natrium :
Terjadi oleh karena :
Peningkatan/penurunan natrium, volume cairan tetap.
Natrium tetap, penurunan/penungkatan volume cairan
Hyponatremi
Terjadi oleh karena :
Penurunan ointake natrium
Peningkatan output natrium
cairan hypotonis
Enema dengan air kran
Penurunan output cairan
Sekresi adh oleh karena stress, cancer, cerebral disorder, pain, trauma surgical, penggunaan morphin/obat anestesi.
Hypernatremi
Oleh karena :
Peningkatan intake natrium
Penurunan volume darah ; sulit menelan,gangguan rasa haus, penurunan air di lingkungan, diabetes insipidus, perpitasi.
Konsentrasi cairan extracell meningkat
Cairan intracell; extracell; cell keriput, rasa haus.
Keriput sel otak ;tampak ketakutan, gelisah, koma.
Keriput sel lain ; kulit kering,mukosa membran kering, mata cekung, lidah beralur jelas.
Tanda dan gejala lain pada :
Hypokalemia
Penurunan kalium extracell oleh karena :Penurunan intake kalium
Peningkatan output kalium : gastrointestinal losses, diare, urine, peningkatan sekresi aldosteron, alkalosis.
Penurunan respon otot terhadap rangsang saraf
Gangguan pada otot polos git ; distensi abdomen, vomiting, illeus paralitic.
Penurunan tonus vaskuler ; hypotensi
Gangguan pada otot rangka ; pernafasan dangkal, kelemahan otot-otot.
Gangguan pada otot jantung ; arrytmia; heart block, perubahan ekg ( st segment depresi) flattenea t wave,.peningkatan sensitivitas terhadap digitalis.
Alkalosis
Hyperkalemia > 6 mg
Peningkatan k extracell oleh karena :
Peningkatan intake k : infus, transfsi.
Penurunan output k : renal failure, addison’s disease, aldosteron inhibiting drugs (aldactone).
Shift of K Out of intracell : asidosis, luka bakar, crushing injuries, hypoxia selluler.
Peningkatan respon otot terhadap rangsang saraf
Penurunan kekuatan kontraksi otot.
Gangguan pada otot rangka ; kelemahan otot pernafasan dangkal
Gangguan pada otot jantung : penurunan kekuatan kontraksi, dilatasi dan flaccidity ,penurunan rate jantung / stop, peningkatan respon terhadap rangsang saraf, arrytmia ( ventrikel fibrilasi )


Hypokalsemia
penurunan ca extracell
Oleh karena :
Penurunan absorbsi ca pada git: defisiensi vitamin d, defisiensi nutrisi, penurunan sekresi pth, penyakit liver, empedu, pancreas.
Deposit ca pada tulang, peningkatan exkresi ca, alkalosis
Peningkatan permiabilitas dan irritabilitas jaringan saraf dan otot
Pada otot rangka : twitching, carpopedal spasm, tetany, spasmus larink,epilepsy like seizure.
Pada otot pembuluh darah : numbress, tingling pada jari
Neuromuskuler : troulsean tes +, chvostex’s sign +.
Pada otot jantung : arrytmia
Hypercalcemia (peningkatan ca extrecell)
Oleh karena :
Peningkatan absorsi ca git ; diet
Peningkatan pemecahan ca dari tulang : peningkatan sekresi pth, immobilisasi ; kanker tulang
Penurunan exkresi ca pada renal asidosis
Penurunan permiabilitas dan irritabilitas jaringan saraf dan otot
Penurunan aktivitas otot dan saraf
Otot polos git
Penurunan tonus otot
Distensi abdomen, kembung, konstipasi, nausea, vomiting.
Penurunan fungsi saraf : lethargy, kelemahan, penurunan reflex normal
Kecuali pada otot jantung, peningkatan rangsang jantung, peningkatan cardiac output & bp jika,arrytmia.
Penurunan pompa jantung, penurunan BP.
Peningkatan ca extracell / plasma, peningkatan deposit ca pada jaringan lunak, batu ginjal, renal failure.

III.          TERAPI DALAM KETIDAK SEIMBANGAN ASAM BASA
Pemberian terapi kortikosteroid yang berlangsung lama dapat mengakibatkan manifestasi klinis sindrom Cushing. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang timbul akibat terapi glukokortikoid lebih ringan, tetapi miopati yang timbul lebih berat. Selain itu, ulkus peptikum lebih sering ditemukan pada pasien yang menerima terapi glukokortikoid selama lebih dari 30 hari. Pembentukan katarak juga bisa ditemukan pada pasien dengan sindrom Cushing eksogen. Pasien dengan sindrom Cushing endogen dan eksogen sangat rawan terhadap infeksi.
A.    Gangguan akibat terapi glukokortikoid:
1. Pada pembedahan mata atau trauma mata, terapi tetes obat mata atau salep mata. Efek sistemisnya minimal.
2. Gangguan dermatologis, terapi salep. Efek sistemis bergantung pada luas kulit yang diberikan salep.
3. Penyakit autoimun (artritis reumatoid, sistemik lupus eritematosus, dan skleroderma).
4. Gangguan hematologis: Anemia hemolitik, trombo-sitopenia, limfoma, dan leukemia.
5. Reaksi alergi: Anafilaksis, dermatitis kontak, dan reaksi transfusi.
6. Gangguan gastrointestinal: Kolitis ulseratif, penyakit Chron, dan hepatitis.
7. Gangguan nefrologis: Sindrom nefrotik.
8. Gangguan neurologis: Trauma kepala dan bedah kepala untuk mencegah edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
9. Gangguan kardiopulmonal: Asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan miokarditis.
10. Transplantasi: Ginjal, hepar, jantung, sumsum tulang, dan sebagainya.
B.     Manajemen Kolaboratif
Defisit kortisol bisa timbul apabila terapi glukokortikoid diberikan terus-menerus dan berlangsung lama. Penghentian pemberian glukokortikoid harus perlahan (tapering dose) agar insufisiensi adrenal dapat dicegah. Kadar glukokortikoid eksogen dalam darah yang tinggi (berlebihan) akan mengakibatkan umpan balik negatif pada hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior sehingga produksi corticotropin-releasing factor (CRF) dan ACTH ditekan. Penekanan produksi CRF dan ACTH mengakibatkan penekanan aksis adrenal hipotalamus-hipofisis dan atrofi adrenal. Apabila pemberian terapi glukokortikoid dihentikan secara tiba-tiba, pasien dapat mengalami tanda dan gejala insufisiensi adrenal karena ketidakmampuan menghasilkan glukokortikoid. Diperlukan waktu sekitar sembilan bulan untuk memulihkan fungsi aksis adrenal hipotalamus-hipofisis.
Untuk menghindari penekanan aksis hipotalamik-hipofisis, dokter mengatur pemberian glukokortikoid selang sehari. Misalnya, pasien diberi glukokortikoid dosis ganda selang sehari pada pukul 08.00. Pada hari ketika pasien tidak mendapatkan glukokortikoid, glukokortikoid serum akan menurun, dan penekanan hipotalamus-hipofisis anterior dapat dicegah. Selang sehari, pasien mempunyai sekresi CRF endogen dan ACTH yang normal dan stimulasi yang normal pada korteks adrenal. Dengan demikian, pasien terhindar dari atrofi adrenal. Setelah terapi glukokortikoid dihentikan perlahan, pasien bisa menghasilkan cukup glukokortikoid untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam keadaan yang tidak penuh stres. Akan tetapi, pasien memerlukan tambahan glukokortikoid dalam keadaan yang penuh stres. Pasien dengan keluarga yang mempunyai riwayat diabetes melitus perlu diperiksa gula darahnya secara teratur.
Modifikasi diet diperlukan apabila ada hiperglikemia. Untuk menangani masalah gastrointestinal, steroid harus dimakan dengan makanan atau dengan antasid. Uji Guaiac untuk feses dilakukan secara teratur agar dapat diketahui dengan cepat apabila ada iritasi pada lambung. Retensi cairan bisa juga menjadi masalah. Asupan garam perlu dibatasi, berat badan ditimbang setiap hari, dan adanya edema dilaporkan. Apabila diuretik diberikan, makanan harus mengandung tinggi kalium. Atrofi otot ekstremitas dan demineralisasi tulang dapat dikurangi dengan gerak badan secara teratur dan makanan tinggi protein. Infeksi dapat dicegah dengan menghindari tempat keramatan, misalnya bioskop dan pasar. Hindari berkontak dengan orang yang terinfeksi, terutama infeksi saluran napas.

IV.                            KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
Untuk menentukan ketidakseimbangan asam basa respirasi atau metabolik, kita harus perhatikan perubahan nilai PH, HC3 dan PaCO2
1.Defisit Bikarbonat (Asidosis metabolik)
Bila asam dalam darah berlebihan, melebihi yang hilang, bikarbonat akan mencoba untuk menyeimbangkan (buffer system). Kelebihan asam , tapi pengiriman bikarbonat habis dan persediaan menjadi berkurang / defisit , terjadi metabolik asidosis.
Meningkatnya produksi asam dapat terjadi pada keadaan ketoasidosi laktiasidosis dan uremikasidosis . Pasien asidosis metabolik pernafasan hyperpnou dan dalam . Hyperventilasi terjadi sebagai kompensasi untuk menghembuskan / mengeluarkan CO2 dan menurunkan PCO2. Bila kompensasi gagal dan tidak segera diobati pasien akan mengalami disorientasi , stuper , koma dan kematian . Hyperkalemi terjadikarena ion H+ dalam cairan intra vaskuler meningkat , ion tersebut bergerak masuk kedalam sel dan kalium dalam sel masuk kedalam intra vaskuler .

2.Kelebihan bikarbonat (Alkalosis metabolik)
Kehilangan asam lebih besar dari pada produksi asam, adanya kehilangan ion H+ dan berlebihan bikarbonat menunjukkan keadaan metabolik alkalosis. Kelebihan bikarbonat dapat terjadi karena pemasuka sodium bikarbonat berkebihan atau garam alkali lain terutama pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal. Selain itu kehilangan kalium juga dapat menyebabkan alkalosis metabolik, dimana bila tubuh kehilangan kalium ion H+ akan masuk kedalam sel menggantikan sehingga kadar ion H+ dalam intra vaskuler berkurang. Secara klinis pasien yang mengalami alkolisis metabolik akan mengalami sesak nafas sebagai usaha untuk mempertahankan CO2 yang akan dikombinasikan dengan ion H+ membentuk asam karbonat.

3.Asam karbonat berlebihan ( Asidosi respirasi )
Suatu keadaan yang menurunkan ventilasi paru akan meningkatkan konsentrasi CO2 dan ion H+ akibatnya timbul asam karbonat. Kadar CO2 tinggi (Hyperapnia) dapat menimbulkan terjadinya narkosis CO2, pada keadaan ini pusat pernafasan akan ditekan sehingga volume pernafasan menurun dan terjadilah kehilangan oksigen dan hypoksia. Pada asidosis respirasi kalium akan keluar dari sel dan masuk kedalam intra vaskuler sehingga terjadi hyperkalemir.

4.Berkurangnya asam karbonat
Ventilasi pulmonal berlebihan akan menurunkan konsentrasi ion H+ dan terbentuknya asam karbonat, terjadi alkalosis metabolik. Penyebab umum terjadinya alkalosis respirasi adalah hyperventilasi, dimana pasien akan menghembuskan sejumlah CO2. Keadaan ini dapat dicegah melalui memberi CO2 sedikit atau pasien memakai “Rebreathing” (cukup). Gambaran klinik dari pasien adalah sukar konsentrasi, kaku atau dingin pada jari, mulut kering dan penglihatan kabur, pada keadaan berat dapat terjadi tetanus dan konvulasi.